Most welcome to aneesa`s blog...lets create something new for us and for people around us to build up our talent and potention to be a creative.....smile up... symbol of friendship....

salam...

salam...
wanita muslimah,bermunajat dan selalu berdzikir mengingat Allah dimanapun berada, tatkala sedih dan bahagia....nice to be a real muslimah gona be happy here and after:)
Powered By Blogger
Hello....
come on guys,lets see what`s gona happened around us.....
are you the one who caring each other or just careless....
wana be a responsible person or just be selfish.....
get up....now...start now....
all the best for you guys.....

About Me

Whatever people saying about me, here its I am,just appear as its I am. simple,bit sensitive,selfish...but of course still I wana be the best among you people, I wana be a creative like you people but I don`t wana copy you just gona be my self,that all. my nick name is Nisa student of International Islamic University Islamabad,gona finish my BA (HONS) soon Insyl,

Monday, June 11, 2007

Cartesian Doubt ala Descartes "I think therefore I am"

Oleh Anisatum Mutik Handayani


Sebuah ide pemikiran terpopuler abad modern terkini adalah "Rationalism" atau Rasionalisme yang dipelopori oleh pemikir Barat Rene Descartes. Ia adalah filosof yang berwawasan luar biasa di samping juga seorang mathematician dan man of science, sehingga tak heran jika ia mendapat julukan sebagai "Futher of Rationalism".
Pada abad pertengahan (medieval), kerap kali orang membincangkan permasalahan-permasalahan yang selalu menggelitik dan mengusik hati, seperti halnya metafisika yang sering diragukan kebanyakan kaum pemikir Western pada awal abad pertengahan silam. Sehingga tak heran pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan tentang eksistensi alam, Tuhan dan hari akhir dan berkembang di kalangan masyarakat yang pada akhirnya meragukan mereka tentang kebenaran agama. Karena agama hanya dipandang sebagai pemikiran kuno yang mengekor pada sesepuh terdahulu tanpa adanya sebuah pemikiran yang logis. Hal ini dicontohkan pada masa pemerintahan dewan gereja Katholik dan kekuasana Paus yang terkenal dengan keotoriterannya, sehingga perlahan-lahan kaum pemikir menentang dan meninggalkan ajaran gereja yang kemudian diikuti oleh para pemikir lainnya.
Sebuah ide pembaharuan mulai berkembang, setelah kaum filosofis bangkit untuk tampil memberanikan diri dalam sebuah "Pembaharuan Radikal". Walau pada hakikatnya perubahan-perubahan yang dilakukan oleh kaum filosofis Barat ini ditentang keras oleh Paus dan Dewan gereja pada saat itu, karena dikhawatirkan ide-ide yang berkembang akan bertolak belakang dengan doktrin gereja Katholik.
Tak lama kemudian, kekhawatiran itupun berwujud nyata. Ide-ide perubahan berkembang dengan pesatnya. Orang mulai menanyakan tentang eksistensi alam, Tuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan metefisika. Gereja tidak lagi dipandang sebagai suatu hal yang sakral, sehingga manusia berangsur-angsur pindah haluan dan mengadopsi sebuah pemikiran filsafat Barat hasil karya manusia.
Mereka berusaha untuk memadukan antara agama (faith) dan pengetahuan (knowledge), atau sering disebut juga dalam istilah Barat "Union of Philosophy and Theology". Karena semua itu berlandaskan pada doktrin Kristen Katholik yang harus dipertahankan dan diletakkan pada pondasi sebuah "Rationalism".
Rene Descartes adalah salah seorang pemikir yang berpendapat bahwa sebuah pemikiran lama (ancient) dalam filsafat tidak dapat dipertanyakan kebenarannya oleh ide pemikiran para generasi baru. Karena ia merupakan hasil karya pemikiran para filosofis terdahulu yang mutlak adanya, sehingga tak seorangpun dapat menggugatnya.
Pada abad modern, Discartes adalah orang yang pertama kali mendapat kecaman dan menjadi objek terhadap segala pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan. Pertanyaan pertama adalah: "Bagaimana cara memperoleh pengetahuan?". Dengan tegas Discartes menjawab bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh melalui panca indera (sense), karena panca indra (sense) tidak dapat memberikan informasi yang valid, sedang kemungkinan hanya dapat memberikan persepsi yang salah. Akan tetapi, pengetahuan (knowledge) secara tepat dapat diperoleh melalui "Rationalism".
Pendapat ini ditentang oleh beberapa orang yang lebih mengunggulkan pendapatnya terhadap "Scepticism" atau dalam istilah Arab disebut "La-adriyiin", setiap individu tidak tahu tentang apapun sehingga kita harus memulai berfikir dengan sebuah keraguan (doubt) dan berakhir dengan keraguan pula. Bagaimanapun juga, sebuah kepercayaan (agama) termasuk di dalamnya.
Kalau kita kembali kepada Discartes, ia adalah seorang pemikir Katholik yang taat, sehingga ia enggan untuk berdebat dengan hal-hal yang bertentangan dengan fundamen agama. Tak heran, jikalau pada masa itu terdapat dua gerakan besar yang ikut mewarnai dunia pengetahuan yaitu: "Rationalism dan Empiricims".
Sedangkan metode yang dilontarkan oleh Discartes adalah Carfesian Doubt, yaitu kita harus memulai berfikir dengan sebuah keraguan (doubt), akan tetapi harus diakhiri dengan sebuah kepastian (certainty), kalaupun orang mulai meragukan sebuah agama dan eksistensi Tuhan, alam atau metafisika, maka ia harus mendapat sebuah solusi nyata dari sebuah keraguan tersebut. Dalam bahasa latin disebutkan "Logika to Ergo Sum" yang diterjemahkan dalam bahasa Barat artinya "I think, Therefore I am".
Pertanyaan kedua yang dilontarkan terhadap Discartes adalah: "Bagaimana cara pembuktian terhadap eksistensi alam semesta?". Ia menjawab, bahwa eksistensi alam semesta dapat dibuktikan melalui kebenaran diri yang jelas, sehingga sebuah kebenaran (truth) tidak mudah untuk disangkal. Memang kita dapat menyangkal dan ragu terhadap segala hal di muka bumi ini, akan tetapi tidak dapat meniadakan "saya". Yaitu eksistensi diri ketika berpikir, I think, therefore I am "Saya berfikir, maka saya ada (eksis)" .
Sehubungan dengan pemikiran Descartes, jika dikembalikan kepada ajaran agama Islam yang murni, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
"Islam adalah agama yang bersifat rasional, akan tetapi untuk sumber rasio sebuah pengetahuan hanyalah sebuah rasional saja, karena sumber Islam yang sebenarnya adalah wahyu dan Rasional (Revelation and Rationalism). washalallahu ala sayyidina muhammad.

2 comments:

NUR ROHIM YUNUS said...

wah bagus banget bloknya... akan lebih bagus lagi kalau dimasukkan semua tulisan yang berbentuk diary berupa pengalaman yang menarik selama ini. hitung-hitung mengasah ketajaman mata pena menulis... gimana?

Romy Creation said...

Ce illeee.. skr sdh tambah cerdas aja ini anak, kapan mo tulis buat aku Nisa? tentang kecerdasan emosional lebih berpotensi dibandingkan dengan pemikiran intelegensi in reality development.
kutunggu ya...